Blogger templates

Selasa, 17 Agustus 2010

Hak semua perempuan dan laki-laki itu sama !!!

(foto dari pralangga.blogspot.com)

Jika kita mendengar kalimat itu, pasti kita berpikir ” nih orang gimana sih jelas bedalah dari segi biologis aja udah beda?” dan saya pasti menjawab ”he...he...he.... (^_^)”, dan orang tersebut pasti menjawab ” what is ”he....he....he....”???” Di jaman yang sudah berkembang ini baik perempuan dan laki-laki telah menunjukkan kemampuannya dalam persaingan dalam segala hal, entah itu peluang dalam pekerjaan, dalam penampilan, hingga usaha masing-masing kaum tersebut untuk menjadi lawan jenisnya. Namun sayangnya, budaya ketimuran yang mengatakan bahwa perempuan yang ”baik” adalah perempuan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dengan baik. Saya jadi teringat dengan diskusi saya ketika membahas masalah ini karena sangat jelas bahwa suatu terobosan pasti terpengaruh dari perkembangan. Sama halnya dengan kesetaraan gender ini, kesetaraan gender saat ini memang sudah menunjukkan perubahan yang bisa dibilang lumayan pesat tapi pola pikir orang tua jaman dahulu yang masih patriarki yang membuat bahwa perempuan lebih layak untuk tinggal didalam rumah dan mengurusi pekerjaan-pekerjaan domestik dari pada bekerja diluar rumah karena menurut mereka itu tidak baik untuk seorang ”istri” bekerja diluar rumah. Saya membaca sebuah buku yang benar-benar membuat hati saya miris, yaitu cerita ketika seorang istri yang suaminya telah meninggal. Tentunya mereka bingung apa yang harus mereka perbuat untuk memperbaiki perekonomian mereka yang kian lama kian menipis setelah suaminya meninggal. Buku yang saya baca menceritakan sebuah cerita fiksi seperti demikian. Tapi yang menjadi korban dalam hal ini adalah ketika akhirnya anak perempuan pertama mereka yang belum sempat lulus SD harus menanggung hidup keluarga tersebut, yaitu ibu dan adik-adiknya yang masih kecil. Ia harus merelakan mimpinya untuk menjadi seorang guru. Pekerjaan apa yang bisa diharap dari seorang anak perempuan yang belum sempat lulus SD? Pasti akhirnya dia berpikir untuk menjadi buruh cuci, tapi dengan badan yang masih kecil, orang kaya mana yang mau memoekerjakan dia ? pasti orang kaya itu menjawab ” pulang saja kamu, sekolah dulu jika sudah besar baru kembali lagi”. Sekolah darimana jika untuk makan saja dia sudah susah, tapi akhirnya dia melakukan suatu pekerjaan yang dalam pikiran kita tidak mugkin ia lakukan, menjadi seorang penambang. Dia tidak perduli dengan perkataan orang bahwa penambang bukan pekerjaan perempuan, dia tidak perduli jari-jari tangannya yang kecil kulitnya terkelupas karena memacul tanah yang akan ia tambang dan ia tidak perduli dengan jari-jari kakinya yang rusak karena menginjak batu-batu tajam atau sebagainya yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana caranya untuk melanjutkan hidup ia dan keluarganya serta menyekolahkan adik-adiknya. Tapi itulah hidup tidak seperti dalam cerita cinderella hidup ini penuh dengan perjuangan, sudah sepatutnya kita bersyukur dengan apa yang telah ada pada diri kita. Maka satu yang masih ingin saya pertanyakan ”apakah masih bisa kita harus memaksakan kaum hawa ini untuk tetap terfokus pada pekerjaan domestik jika segala kemungkinan itu akan selalu terjadi kedepan?” Saya juga pernah melihat sebuah acara televisi yang ketika seorang reporter itu bertanya kepada seorang ibu yang menjual bunga dipinggir jalan dengan membawa anaknya ” mengapa anaknya dibawa pada saat menjual bunga pada tengah malam menjelang subuh itu?” Ibu itupun menjawab ” yah mau bagaimana lagi mba, kalau dirumah enggak ada yang jagain mba” Dari jawaban ibu tersebut kita bisa melihat bahwa sang ibu pasti berpikir bahwa tidak mungkin meninggalkan anaknya sendirian dirumah, karena tidak ada yang mengurus mereka dirumah, siapa yang akan memberikan makan, menjaga dan memastikan bahwa mereka tidak apa-apa dirumah ? dan juga dengan maraknya penculikan anak saat ini bagaimana mungkin mereka meninggalkan anak mereka dirumah? Tentu saja sang ibu berpikir lebih baik mengajak mereka karena setidaknya bisa mengawasi mereka dari dekat bukan seperti pikiran para indivisualime yang berpikir bahwa hal itu mereka lakukan untuk menarik rasa iba dari orang-orang yang memperhatikan mereka. Perempuan untuk kalangan menengah keatas mungkin bisa mengutarakan aspirasinya dan berusaha meraih impiannya, tapi untuk perempuan kalangan menengah kebawah, hal itu berkata lain. Jadi saya harapkan kepada kita semua agar memberikan kesempatan serta peluang kepada kaum perempuan khususnya kalangan menengah kebawah untuk mereka mengembangkan diri, jangan pernah terpikir oleh kita bahwa kita telah memberikan peluang kepada mereka tapi dalam dunia persaingan mereka tidak mampu bersaing tapi berpikirlah mengapa mereka tidak mampu untuk bersaing.

0 komentar:

Posting Komentar

chat 1


ShoutMix chat widget

Template by:

Free Blog Templates