Blogger templates

Rabu, 30 Mei 2012

FUNGSI KARBOHIDRAT DALAM MENCEGAH BAHAYA NITRAT-NITRIT PADA TERNAK


 oleh : Indah Susanggih
Universitas Samawa Sumbawa Besar
30 Mei 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Karbohidrat  merupakan sumber energy utama dalam kehidupan mikroorganisme rumen dan ruminant itu sendiri. Jaringan tanaman merupakan bahan makanan utama ruminant yang rata-rata mengandung 75 % karbohidrat. Sifat karbohidrat tersebut terutama  dalam bentuk karbohidrat yang kompleks  (selulose, hemiselulose, dan yang serupa) disamping yang mudah  larut (pati, gula, dan yang sejenis).
Karbohidrat untuk anak ruminant tidak seperti pada ruminant untuk dewasa, sudah lama diketahui bahwa tidak semua karbohidrat dapat digunakan oleh anak ruminant hal itu disebabkan perkembangannya yang masih belum. Anak sapi dapat menggunakan lactosa dan glukosa dengan baik. Mula-mula lactose dan selobiase paling tinggi pada anak sapi, kemudian menurun bersama umur; maltase dan trehalase tidak berubah bersama umur, tetapi selalu lebih rendah dari lactose.
Hijauan adalah bahan makanan yang berbentuk daun-daunan, kadang-kadang bercampur batang, ranting serta bunga. Bahan makanan ternak terutama ternak ruminansia terdiri dari hijauan, hasil tanaman ataupun sisa tanaman setelah hasil utamanya telah diambil untuk kebutuhan manusia. Ternak ruminansia mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari bobot badannya setiap hari dan konsentratnya sekitar 1,5-2%, dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan dan sejenisnya terutama rumput dari berbagai jenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Pilliang, 1997). Namun, dalam perubahan mutu dari Hijauan serta perubahan dalam bentuk fisik akibat proses penuaan dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap proses pencernaan fermentative didalam rumen yang selanjutnya akan menentukan jumlah dan komposisi produk metabolism didalam rumen. Selain itu dalam pakan tersebut juga berpotensi akan racun berbahaya yang disebabkan oleh Nitrat dan Nitrit yang terdapat dalam pakan hijauan, hal ini disebabkan oleh kandungan Nitrogen (N) yang berlebihan dalam penggunaan pupuk anorganik. Tentunya ini sangat berbahaya bagi ternak sehingga dapat menyebabkan kematian yang fatal.
1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya tugas makalah ini adalah :
1.      Untuk mensosialisasikan pentingnya pakan hijauan yang sangat bermanfaat untuk kebutuhan peternak saat ini namun juga dapat diseleksi dengan melihat mutu dari pakan serta perubahan dalam bentuk fisik akibat proses penuaan dan pengeringan, sangat berpengaruh terhadap proses pencernaan fermentative didalam rumen yang selanjutnya akan menentukan jumlah dan komposisi produk metabolism di dalam rumen.
2.      Untuk melengkapi tugas yang diberikan dosen pengampuh mata kuliah.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karbohidrat       
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Klasifikasi secara lengkap klasifikasi karbohidrat.
  • Monosakarida, yang terpenting adalah glukosa. Glukosa dan fruktosa terdapat melimpah sebagai monosakarida bebas. Glukosa adalah sumber energi vital terpenting berupa cairan tubuh ternak, berperan dalam sistem syaraf, jaringan dan janin.
  • Laktosa merupakan gula air susu. Laktosa yang mengalami proses fermentasi oleh sejumlah mikroorganisme termasuk Streptococcus lactis akan dikonversi menjadi asam laktat, misalnya dalam memproduksi yakult melalui peran  Laktobacillus casei sirota  atau memproduksi yogurt melalui peran Steptococcus thermophilus dan Lactobactillus bulgaricus.
  • Selobiosa: tidak terdapat bebas di alam, mempunyai ikatan β-(1,4). Ikatan tersebut tidak dapat dipecah oleh enzim yang dihasilkan  oleh mamalia kecuali oleh enzim yang disintesis oleh mikroorganisme retikulorumen.
  • Oligosakarida, terdiri dari  disakarida, trisakarida, mengandung 2 atau 3 unit monosakarida yang dihubungi dengan ikatan glikosida (α, β).
  • Polisakarida, diklasifikasikan sebagai: heteropolisakarida dan homopolisakarida. Terdapat sebagai struktur dasar dari sel, hampir diseluruh jaringan, di mukus, beberapa hormon, enzim-enzim, bahan-bahan grup darah, dan zat-zat kekebalan. Homopolisakarida: glikogen, tersedia di jaringan ternak yang menyerupai pati tanaman dan merupakan simpanan energi jangka pendek. Hanya hati dan ginjal yang dapat melepaskan glukosa untuk masuk ke darah. Glikogen hati adalah glukosa terpenting. Proses pembentukan glikogen disebut glycogenesis (glycogen synthetase). Proses pemecahan glikogen disebut glycogenolysis (glycogen phosphorylase).
  • Pati (starch) dan selulosa adalah dua komponen penting di dalam ransum ruminansia: konsentrat dan hijauan. Selulosa berikatan erat secara fisik dan kimia dengan hemiselulosa dan lignin. Selulosa dicerna dalam saluran pencernaan oleh enzim selulase menghasilkan selobiosa, lalu dihidrolisis menjadi glukosa oleh selobiase. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroba rumen dan retikulum ruminansia. Hasil akhir dari pencernaan selulosa adalah asam-asam lemak terbang (VFA = volatile fatty acids) yang terdiri dari asetat, propionat dan butirat, dengan hasil sampingan antara lain berupa gas metan, dan CO2  yang akan digunakan dalam metabolisme energi pada ternak ruminansia.
  • Lignin merupakan polimer yang mengandung protein sulit dicerna. Lignin sangat tahan terhadap degradasi kimia dan enzimatik. Lignin sering digunakan sebagai indikator di dalam eksperimen studi kecernaan pada ternak ruminansia karena sifatnya yang tidak larut tersebut. Lignin bukan karbohidrat, tetapi sangat berhubungan erat dengan senyawa-senyawa kabohidrat. Kulit kayu, biji, bagian serabut kasar, batang dan daun mengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh adanya lignin dan polisakarida yang lain. Kadar lignin akan bertambah dengan bertambahnya umur tanaman.
2.2 Pencernaan Karbohidrat
          Pada saat bahan pakan dimakan oleh ternak ruminansia, zat-zat makanan utama yang terkandung adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Zat-zat makanan tersebut dicerna dan difermentasi di dalam rumen menghasilkan produk hasil pencernaan yang dimanfaatkan oleh ternak atau mikroba rumen.

           Jaringan tanaman yang menjadi bahan pakan ternak ruminansia mengandung sekitar 75% karbohidrat. Karbohidrat tersebut dapat dibedakan menjadi 3 menurut fungsinya bagi tanaman, yaitu karbohidrat dinding sel, karbohidrat cadangan, dan karbohidrat isi sel yang larut dalam air. Oleh mikroba yang ada di dalam rumen, karbohidrat tanaman dicerna oleh enzim mikroba menghasilkan gula-gula sederhana. Gula-gula sederhana ini kemudian difermentasi oleh mikroba sehingga dihasilkan sumber energi yang digunakan untuk kehidupan dan perkembangan mikroba itu sendiri. Fermentasi ini menghasilkan produk akhir yang bermanfaat untuk induk semang (ternak).

Hasil akhir fermentasi mikrobial karbohidrat di dalam rumen adalah:
  • Asam-asam lemak mudah terbang (volatile fatty acids, VFA), utamanya asam asetat, asam propionat, dan asam butirat.
  • Gas fermentasi, utamanya gas karbondioksida dan gas metan.
Mikroba rumen mampu memfermentasi semua karbohidrat yang terkandung di dalam pakan. Namun demikian, laju fermentasi (pencernaannya) berbeda-beda antara satu jenis karbohidrat dengan yang lainnya. Kaborhidrat larut dan karbohidrat cadangan difermentasi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat dinding sel. Karbohidrat larut dicerna dengan laju sekitar 100 persen lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat cadangan, dan karbohidrat cadangan dicerna 5 kali lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat struktural yang menyusun dinding sel tanaman.

Dengan meningkatnya umur tanaman, jaringan tanaman mengalami lignifikasi. Lignin yang terbentuk ini melindungi karbohidrat dinding sel tanaman dari serangan mikroba di dalam rumen. Dengan demikian, makin tua tanaman makin menurun ketercernaannya di dalam rumen.
2.3 Metabolisme Karbohidrat Ternak Ruminansia
Menurut kamus besar bahasa indonesia edisi ketiga, metabolisme merupakan suatu rangkaian pertukaran zat pada organisme yang meliputi proses fisika dan kimia.
Metabolisme ini tediri dari dua rangkaian proses, yakni katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, sedangkan anabolisme merupakan proses pembentukan senyawa kompleks dari senyawa yang sederhana.
Proses metabolisme karbohidrat  pada hewan ruminansia (poligastrik) berlangsung didalam rumen. Karbohidrat ini merupakan golongan polisakarida yakni serat kasar (selulosa). Di dalam rumen, karbohidrat difermentasi oleh mikroba menjadi piruvat.
Bagan 1. Proses perubahan karbohidrat menjadi asam piruvat




Bagan 2. Perubahan asam piruvat menjadi VFA.

Kemudian asam piruvat yang dihasilkan akan diubah menjadi VFA, CO2, dan CH4.
VFA (Volatil Fatty acid) atau asam lemak terbang atau asam lemak rantai pendek  inilah yang akan diserap melalui dinding drumen sehingga menjadi sumber energi bagi ternak ruminansia.  Komponen dari VFA yang dihasilkan antara lain adalah :
·         Acetat             65-70%
·         Propionat         20-25 %
·         Butirat             10 %
Sedangkan hasil fermentasi berupa CO2 dan CH4 akan diserap juga melalui dinding rumen ke darah dan dikeluarkan melalui pernafasan, sendawa, dan urin.

2.4                 Faktor yang mempengaruhi kecernaan serta kasar
Hijauan atau bahan yang lain merupakan sumber energy yang potential bagi ternak ruminansia. Sekitar 75 % karbohidrat dalam ransum ruminansia berasal dari hijauan dalam bentuk serat kasar. Besarnya kecernaan serat kasar antara lain dipengaruhi oleh; a) konsumsi bahan kering ransum; b) komposisi ransum; c) komposisi bahan kimia makana; d) bentuk fisik ransum.
Semua ternak herbivore termasuk ruminansia, mempunyai sifat selective grazing, yaitu sifat khas dalam memilih hijauan. Sifat ini sangat kuat pada hewan muda dan akan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Merumput merupakan rangkaian proses yang diawali dengan mencium-cium aroma hijauan dan diakhiri dengan mengecap atau merasakan sebagai penentu keputusan dalam proses memilih tersebut(Hafez, 1962). Sedangkan Swandyastuti(2007) mengatakan bahwa semakin tinggi taraf rumput kering dalam ransum, semakin rendah konsumsinya.
Kecernaan bahan kering, bahan organic, serat kasar maupun protein sangat berkaitan dengan konsumsi bahan kering. Sekitar 60-70 % karbohidrat ransum dicerna secara fermentative didalam rumen, sedangkan sisanya, akan dicerna dalam dalam pencernaan pasca rumen. Sebaliknya, protein kasar hanya sekitar 30 % yang dicerna didalam ransum dan sisanya, yaitu sekitar 70 % akan mengalami pencernaan pasca rumen seperti halnya pada hewan monogastrik.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Swandyastuti(2007) bahwa tingkat kencernaan serat kasar tertinggi dicapai pada taraf pemberian rumput kering tertinggi(42,50 %) pada domba jantan. Tingginya kadar air dan halusnya struktur rumput segar, menyebabkan cepatnya laju pergerakan digesta dalam rumen, sehingga karbohidrat ransum, terutama yang terbentuk serat kasar tidak sempat dicerna secara insentif didalam rumen. Sebaliknya tingginya taraf rumput kering dalam ransum akan memperlambat laju pergerakan digesta dalam rumen  dan memperpanjang retention time (waktu tinggal) digesta dalam rumen. Dengan keadaan demikian, mikroba rumen mendapat kesempatan lebih lama untuk mencerna serat kasar ransum. 





2.5   
BAB III
KESIMPULAN
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Pupuk organik terbagi atas beberapa jenis yaitu; pupuk kandang, pupuk hijau, humus, kompos,dan pupuk organik buatan. Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.



Bookmark and Share

chat 1


ShoutMix chat widget

Template by:

Free Blog Templates