Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
                                                     Ruang lingkup dan keinginan
Menurut 
Vitruvius di dalam bukunya 
De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), 
bangunan  yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan  (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan  sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan  tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern,  arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan  psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri  di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah 
matematika, 
sains, 
seni, 
teknologi, 
humaniora, 
politik, 
sejarah, 
filsafat,  dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul  dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu  dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun  menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik,  astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam  pendekatan arsitektur. 
Rasionalisme, 
empirisisme, 
fenomenologi strukturalisme, 
post-strukturalisme, dan 
dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
 Teori dan praktik
Pentingnya 
teori untuk menjadi rujukan 
praktik  tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan  teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar  arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap  pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses  konversi bahan 
bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan 
bangunan  menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang  arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan  dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang  berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan  bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan  praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil  rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".
 Sejarah
- Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur
 
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (
bahan bangunan yang tersedia dan 
teknologi konstruksi).  Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini.  Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk  melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi  
ketrampilan.  Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan  sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah  seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. 
Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat 
rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat 
urban. Kompleksitas 
bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi 
bangunan  baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan.  Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat.  Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur  mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (
kanon)  untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh  kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau 
Vaastu Shastra dari 
India purba. Di periode 
Klasik dan 
Abad Pertengahan Eropa, 
bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (
guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan 
bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa 
Pencerahan,  humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting  daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan  ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - 
Michaelangelo, 
Brunelleschi, 
Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara 
seniman, 
arsitek, maupun 
insinyur  atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang  seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di  dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya 
engineering), dan munculnya bahan-bahan 
bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis 
bangunan menuju ke 
estetika.  Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan  dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam  bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, 
Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, 
Revolusi Industri  membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran  yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk  berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal,  menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian  tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah  proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari 
Arsitektur Modern, antara lain, 
Deutscher Werkbund  (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan  kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang 
desain industri. Setelah itu, sekolah 
Bauhaus  (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih  melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah sebuah pergerakan 
garda depan  dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan  menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk.  Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master".  Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena  kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 
1960-an,  antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan,  keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek  menjawabnya melalui 
Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. 
Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / 
decorated shed" (
bangunan  biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara  eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / 
duck" (
bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan  menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa  bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh  perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan  manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan  yang dapat ditempati. 
Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti 
Chris Jones atau 
Christopher Alexander  mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk  mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai  bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk  menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas 
bangunan,arsitektur  menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang  ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah  keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu  masih disukai dan dicari dalam perancangan 
bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya 
dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Kesimpulan
bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan 
bangunan  masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di  negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara  maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi 
bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe 
bangunan yang rumit, atau 
bangunan  yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang  diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski  senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah  berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang  arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai  arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.