Blogger templates

Senin, 30 Mei 2011

penggunaan tehnik penakaran

BAB I PENDAHULUAN Produksi (tanaman) merupakan tujuan antara dalam menciptakan suatu nilai dalam proses agribisnis. Produksi sering dinyatakan dengan satuan berat per satuan luas lahan (Kg, Kwintal atau ton/ha). Jarang digunakan dengan kg/pohon, karena basis hitungan bisnis dalam modal tanah/lahan yang dinyatakan dalam satuan luas (m2 atau Ha)yang akan dinyatakan dalam satuan nilai Rp/ha. Sementara untuk setiap jenis atau kultivar tanaman memiliki tingkat keragaan tanaman berbeda-beda serta setiap lanskap lahan memiliki heterogenitas besar, oleh karena itu populasi persatuan luas hampir dipastikan akan berbeda untuk jenis atau kultivar tertentu yang menmpati ruang dalam lanskap lahan tersebut. Inilah yang harus hati-hati seorang penilai (appraisal)tanaman dalam menentukan suatu basis produksi dalam mengestimasi unsur-unsur penyusun suatu nilai produksi sebagai basis income (pendapatan). Produktivitas suatu lahan merupakan kemampuan lahan untuk menghasilkan suatu hasil produksi yang dinyatakan dalam berat per satuan luas per satuan waktu (Ton/Ha/tahun). Hal ini penting dicermati karena faktor pembentuk suatu nilai dinyatakan dengan nilai produksi yang disepadankan dalam nilai rupiah. Sementara nilai uang akan dipengaruhi oleh waktu. Oleh karena itu produktivitas suatu lahan yang tinggi apabila nilai produksi yang disetarakan dengan uang dalam jumlah yang tinggi per satuan luas dalam waktu kini(bukan nilai akan datang). Dalam memandingkan produktivitas suatu lahan antar berbagai jenis tanaman yang beragam umur ekonomisnya, maka yang menjadi basis adalah nilai kekinian (present value), sementara present value akan dipengaruhi oleh discount rate. Sehingga nilai kekinian akan dipengaruhi oleh: - Nilai produksi terdiri: berat x harga (rupiah/luas) - Biaya produksi terdiri: investasi dan operasional (rupiah/luas) - Lama produksi (umur ekonomis) tanaman Hal perlu diingat kembali adalah umur ekonomis tanaman dan frekuensi produksi tanaman dalam umur ekonomis tanaman berbeda-beda. Ada tanaman umur ekonomis panjang (tahunan) tetapi frekuensi produksi berulang kali seperti kelapa sawit, teh, kopi, kakao, karet dsb dalam siklus umurnya. Sementara ada jenis tanaman yang lain umur ekonomis pendek (musiman) tetapi frekuensi produksinya hanya satu kali kejadian dalam umur ekonomisnya seperti padi, jagung, cabe, singkong, tebu, tembakau dsb. Penilai harus cermat dan cerdas dalam menggunakan pendekatan perhitungan penilaian yang akan digunakan, sehingga nilai yang dihasilkan benar-benar tepat. BAB II ISI A. GENETIK BAHAN TANAMAN (BIJI/BENIH/BIBIT) Bahan tanaman memiliki karakter fisik dan non fisik (genetik)yang beragam pada berbagai jenis atau kultivar tanaman. Karakter fisik merupakan sifat fisik yang nampak pada suatu biji. Dalam suatu biji akan terkandung sifat genetik yang beragam yang meyangkut potensi produksinya apabila suatu biji nantinyta akan ditanaman di lapangan. Biji dari hasil hibride (persilangan) maka akan terdapat kenampakan fisik yang beragam yaitu ukuran, berat, warna dan bernas. Dalam biji yang beragam fisiknya tersebut akan beragam sifat genetik dari kedua induknya. Jadi keragaman disini dari aspek biji maka dipengaruhi oleh keragaman fisik dan genetik. Keragaman fisik (ukuran biji) akan berpengaruh terhadap stok cadangan makanan untuk aktivitas perkecambahan biji. Cadangan makanan yang cukup akan mensuport optimum bagi perkecambahan generasi tanaman berikutnya dalam perkecambahan biji dan bibit berikutnya. Sifat genetik suatu benih meliputi kemampuan berproduksi, kualitas produksi dan ketahanan/toleran terhadap cekaman lingkungan yaitu hama, penyakit, kekringan, rendaman,pH dan sebagainya. Keragaman genetik tidak dapat dilihat dengan mudah dan nampak secara fisik pada sutu biji hibride. Kesulitan bagi pengguna benih hibride dalam menilai kualitas genetik sering dimanfaatkan bagi oknum produsen benih untuk melakukan hal-hal yang kurang terpuji yaitu benih dengan sifat genetik yang buruk. Sementara untuk mendapatkan benih hibride yang bermutu/unggul tidak mudah karena membutuhkan biaya, waktu, dan keahlian serta keuletan. Sebagai contoh benih kelapa sawit dihasilkan dari induk Dura (ibu) disilangkan dengan induk Pisifera (bapak), sehingga menghasilkan biji (anak/F1) yang memiliki sifat Tenera. Tenera memiliki sifat produksi TBS dan rendemen minyak tinggi, sementara kedua induknya (ibu dan bapak) produksinya rendah. Antar Tenera (F1)apabila disilangkan maka hasil keturunan anaknya (F2) akan beragam yang memiliki karakter/sifat 25 % seperti neneknya (Dura), 50 % seperti Bapak-Ibunya (F1) dan 25 % seperti kakeknya. Apabila biji hasil persilangan F2 ini digunakan sebagai bahan tanaman maka secara otomatis akan turun potensi produksinya di lapangan nantinya. Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini mengawasi produsen benih secara bijak dengan mengeluarkan sertifikasi suatu benih pada kultivar tertentu. Dampak dengan adanya pengawasan dan sertifikasi ini terkadang merugikan juga bagi pengguna (end user) yaitu benih menjadi sangat mahal dan pemalsuan benih. B. ENVIRONMENT (LINGKUNGAN) Lingkungan tumbuh tanaman ada dua lokasi atau ruang yaitu di dalam tanah (in site) dan di atas permukaan tanah (on site). Ruang di dalam tanah mensuport untuk terutama perkembangan perakaran tanaman sementara di atas tanah mensuport terutama perkembangan batang, daun, bunga dan biji. Pada tanaman tertentu seperti kacang tanah,singkong, kentang dsb tanah akan mensuport juga terutama perkembangan biji dan umbi. Maka dalam hal ini pengurus lapangan akan mengelola lingkungan yang optimal yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga kondisi lingkungan akan mensuport secara maksimal pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur penyusun lingkungan bagi pertumbuhan tanaman dapat di bagi menjadi dua aspek yaitu biotik (bersifat hidup) dan abiotik (bersifat benda mati. Aspek penyusun biotik meliputi: - Tumbuhan lain (gulma) - Binatang (hama) - Mikrobia (penyakit) - Manusia Aspek penyusun abiotik meliputi: - partikel padat/tanah (mineral/unsur-unsur) - Partikel gas (udara) - Partikel gelombang (sinar/cahaya) - Partikel suhu - Senyawa organik - Molekul inorganik C. PENILAIAN TANAMAN (PERKEBUNAN) Perkembangan ilmu, teknologi dan peradaban umat manusia membawa konsekwensi terjadinya arus transaksi ekonomi global yang semakin deras yang pada muaranya untuk meningkatkan kepuasan dan kebahagiaan hidup manusia. Berbagai transaksi tersebut tidak terlepas dari aset atau properti yang mendukung kehidupan manusia berupa aset biologi (tanaman) sebagai sumber kehidupan manusia yang tidak dapat digantikan oleh material lain. Sebelum membahas aset tanaman kami mencoba melihat lebih jauh tentang aset yang berhubungan dengan mahluk hidup. Mahluk hidup yang ada di muka bumi ini terdiri dari manusia (subyek), hewan dan tumbuhan yang ketiganya sering juga disebut mahluk biologis. Mahluk biologis sebagai obyek maka terdiri hewan dan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri antara lain: - Tumbuh, berkembang dan mati sesuai waktu - Dapat menghasilkan keturunan (regenerasi) - Dapat bergerak - Sensitif terhadap rangsangan lingkungan - Dan sebagainya Dalam pemetaan bidang kajian untuk mempermudah pemahaman maka kita mengenal sektor: peternakan, perikanan, dan pertanian. Dalam hal ini tanaman masuk dalam sektor pertanian yang meliputi: perkebunan, kehutanan, dan pertanian dalam arti sempit (on farming). Tanaman merupakan bagian dari divisio tumbuhan yang telah dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Berdasarkan umurnya maka tanaman dapat dikelompokkan sebagai berikut: • Tanaman semusim (2-4 bulan siklus hidupnya) seperti: bawang merah, padi, jagung, cabe, tomat, kedelai, kacang tanah, terung, timun dan sebagainya. • Tanaman setahun (8 - 12 bulan siklus hidupnya) seperti: tebu, singkong, jahe dan sebagainya. • Tanaman tahunan (> 12 bulan siklus hidupnya) seperti: kelapa sawit, karet, kakao, kopi, teh, sengon, eucaliptus, akasia, jati, cendana dan sebagainya. Berdasarkan tipe umurnya maka suatu tanaman memiliki umur ekonomis, umur ekologis dan umur fisiologis. Umur ekonomis suatu tanaman karena sebagai objek manusia yaitu dimanfaatkan oleh manusia karena memiliki nilai ekonomi sehingga dimana umurnya memiliki ekonomi yang tinggi maka pada saat itu tanaman harus ditutup usianya atau dimanfaatkan. Umur ekologis merupakan umur tanaman karena mati yang disebabkan oleh tekanan lingkungan seperti kekeringan, tergenang, kekurangan nutrisi, kebakaran, terserang hama dan penyakit.Umur fisiologis merupakan umur potensial apabila tanaman tidak mengalami gangguan dari luar dirinya yaitu cekaman lingkungan. Sebagai contoh umur ekonomis tanaman kelapa sawit 25 tahun, umur ekologis bisa lebih atau kurang dari 25 tahun dan umur fisiologis lebih dari 25 tahun. Berdasarkan bagian/organ tubuh yang dimanfaatkannya maka tanaman dapat dimanfaatkan: akar, batang, daun, bunga, biji, kandungan bioaktifnya atau kombinasi organ-organ lainnya. Berdasarkan kematangan reproduksi maka tanaman pada fase vegetatif (pertumbuhan akar, batang dan daun) dan vase generatif (pertumbuhan bunga, buah dan biji). Berdasarkan tingkat kesulitan budidayanya (resikonya) maka ada tanaman dengan tingkat budidayanya sangat rumit dan sulit, sedang dan mudah. Untuk melakukan penilaian tanaman maka sesuai Standar Penilaian Indonesia (SPI) ada 3 metode/ pendekatan perhitungannya yang mungkin dapat diterapkannya yaitu: Data Pasar, Biaya dan Pendapatan. Yang jadi pertanyaan adalah: • Karakteristik setiap tanaman berbeda-beda sesuai umur dan faktor resikonya • Kondisi atau stadia atau fase tanaman berbeda-beda pada suatu waktu yaitu fase vegetatif dan generatif • Nilai manfaat tanaman berbeda pada masing-masing fase umur dan tingkat resikonya. • Perkembangan tanaman dan tingkat resiko tanaman berbeda-beda terhadap musimnya yaitu musim kemarau dan hujan. • Kondisi tanaman setiap waktu akan berbeda-beda tergantung dari kondisi lingkungan. • Respon negatif dan positif tanaman terhadap lingkungan relatif lama Sementara sebagai penilai dihadapkan dengan 3 pendekatan yang paling sesuai dapat diterapkan sehingga akan mendapatkan suatu nilai pasar sesuai dengan tujuan penilaian. Oleh karena itu penilai harus jeli dan cerdas memahami hal tersebut, sehingga tidak terjebak dengan potensi nilai yang tinggi atau rendah yang sebenarnya tidak mungkin dapat dicapai atau mudah dicapainya. Penilai juga tidak terjebak dengan pendekatan metode hitungan dengan asumsi parameter-parameter penyusun struktur suatu nilai, karena kondisi karakteristik tanaman berbeda-beda sesuai umur, lingkungan, pengelolaan dan bibit. Kita ketahui bahwa produksi suatu tanaman merupakan fungsi dari Genetik, Lingkunga, dan Manajemen. yang dapat dirumuskan: P = G + E + M P = produksi tanaman G = Genetic (sifat benih/bibit) E = Enviroment/Lingkungan (tanah dan iklim) M = Manajemen (manusia, alat dan bahan-bahan produksi)

Bookmark and Share

0 komentar:

Posting Komentar

chat 1


ShoutMix chat widget